Masjidil Haram, yang terletak di kota suci Mekah, adalah tempat yang sangat penting dalam Islam. Sebagai pusat ibadah dan tujuan utama haji, Masjidil Haram telah mengalami banyak perubahan dan perluasan sejak didirikan. Berikut adalah sejarah perluasan Masjidil Haram dari masa ke masa:
Zaman Nabi Muhammad SAW (630-632 M)
Pada tahun 630 M, setelah penaklukan Mekah oleh Nabi Muhammad SAW, Masjidil Haram yang saat itu masih sederhana, diperluas. Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk menghancurkan berhala-berhala di dalam Ka’bah dan memperluas area masjid. Pada masa ini, masjid hanya memiliki dinding rendah dan tidak memiliki atap.
Zaman Khulafaur Rasyidin (632-661 M)
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para khalifah yang menggantikannya juga melakukan perluasan. Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M) memperluas masjid dengan menambahkan lebih banyak ruang untuk jamaah. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M), masjid diperluas lagi dan dinding-dindingnya dibangun lebih tinggi. Selain itu, Utsman juga membangun atap untuk melindungi jamaah dari panas dan hujan.
Dinasti Umayyah (661-750 M)
Pada masa Dinasti Umayyah, terutama di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Masjidil Haram mengalami perluasan besar-besaran. Dinding-dindingnya dibangun kembali dengan batu putih dari Tura, Mesir, dan masjid diberikan atap yang lebih luas. Pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), masjid diperluas lagi, dan Ka’bah dihiasi dengan kain sutra hitam yang dikenal sebagai Kiswah.
Dinasti Abbasiyah (750-1258 M)
Pada masa Dinasti Abbasiyah, Masjidil Haram terus mengalami perbaikan dan perluasan. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) memperluas masjid dan membangun sebuah mihrab. Pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M), masjid diperluas lagi dan diberikan lampu-lampu yang lebih baik. Namun, perluasan terbesar terjadi pada masa Khalifah Al-Mu’tadid (892-902 M), di mana masjid diperluas hingga mencakup area sekitar 28.000 meter persegi.
Dinasti Mamluk (1250-1517 M)
Pada masa Dinasti Mamluk, Masjidil Haram mengalami beberapa perbaikan dan perluasan, terutama setelah kerusakan akibat banjir dan kebakaran. Sultan An-Nasir Muhammad (1293-1341 M) memperbaiki dan memperluas masjid, serta membangun sebuah minaret yang dikenal sebagai Minaret Bab Al-Umrah. Pada masa ini, masjid juga dilengkapi dengan sistem drainase yang lebih baik untuk mengatasi masalah banjir.
Dinasti Ottoman (1517-1924 M)
Pada masa Dinasti Ottoman, Masjidil Haram mengalami perluasan dan renovasi yang signifikan. Sultan Selim I (1512-1520 M) memperbaiki masjid setelah kerusakan akibat banjir. Namun, perluasan terbesar terjadi pada masa Sultan Murad IV (1623-1640 M), di mana masjid diperluas hingga mencakup area sekitar 40.000 meter persegi. Sultan Abdul Majid I (1839-1861 M) melakukan renovasi besar-besaran, termasuk membangun dinding luar yang lebih tinggi dan memperluas area masjid hingga 160.000 meter persegi.
Era Modern (1924-Sekarang)
Masa Kerajaan Saudi Arabia
Setelah berdirinya Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1932, Masjidil Haram mengalami perluasan dan modernisasi yang signifikan:
-
1955-1973: Raja Saud bin Abdul Aziz memulai proyek perluasan besar-besaran. Masjid diperluas hingga mencakup area sekitar 163.000 meter persegi, dan dibangunlah Mataf (area di sekitar Ka’bah) yang lebih luas untuk memfasilitasi tawaf.
-
1982-1988: Raja Fahd bin Abdul Aziz melanjutkan proyek perluasan. Masjid diperluas hingga mencakup area sekitar 356.000 meter persegi. Pada masa ini, dibangunlah tiga lantai tambahan di atas Mataf, dan area tawaf diperluas lagi.
-
2007-2015: Proyek perluasan terbesar dalam sejarah Masjidil Haram di bawah Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Masjid diperluas hingga mencakup area sekitar 400.000 meter persegi. Proyek ini termasuk pembangunan lantai tambahan, peningkatan sistem pendingin udara, dan pembangunan jembatan penghubung antara Masjidil Haram dan Jabal Rahmah.
-
2015-Sekarang: Di bawah pemerintahan Raja Salman bin Abdul Aziz, proyek perluasan dan modernisasi terus berlanjut. Salah satu proyek terbaru adalah pembangunan Jembatan King Abdul Aziz yang menghubungkan Masjidil Haram dengan Masjidil Jinn, serta pembangunan lantai tambahan di atas Mataf untuk memfasilitasi jamaah haji dan umrah.
Kesimpulan
Sejarah perluasan Masjidil Haram adalah cerminan dari perhatian dan dedikasi umat Islam terhadap tempat suci mereka. Dari masa Nabi Muhammad SAW hingga era modern, Masjidil Haram telah mengalami banyak perubahan untuk menampung jumlah jamaah yang terus meningkat dan untuk memenuhi kebutuhan ibadah yang semakin kompleks. Setiap perluasan dan renovasi tidak hanya menambah luas fisik masjid tetapi juga meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bagi jamaah dari seluruh dunia. Masjidil Haram tetap menjadi simbol kekuatan dan kesucian dalam Islam, menarik jutaan umat untuk beribadah dan menjalankan rukun haji setiap tahunnya.